Setsubun (節分)
Kemaren tanggal 3 Februari orang-orang Jepang merayakan yang namanya hari Setsubun, yaitu festival melempar kacang.Setsubun atau bisa disebut juga Risshun (立春) dirayakan setiap tanggal 3 Februari sebagai bagian dari festival musim semi (Haru Matsuri).
Dalam hubungannya dengan Tahun Baru Imlek, Haru Matsuri dan Setsubun sebelumnya dianggap sebagai semacam perayaan malam tahun baru yang disertai dengan ritual khusus untuk membersihkan segala roh-roh jahat yang berasal dari tahun lalu dan mengusir roh-roh pembawa penyakit di tahun yang baru. Ritual khusus ini disebut mamemaki (豆撒き) yang artinya melempar kacang.Mamemaki biasanya dilakukan oleh toshiotoko (年男) yaitu sang kepala rumah tangga atau laki-laki yang shio-nya sama dengan tahun baru kalender China. Meskipun begitu sekarang malah lebih banyak anak-anak yang melempar kacangnya, sebagai simbol untuk mengusir roh jahat dari kehidupan mereka yang masih sangat panjang.
Kacang yang dilempar adalah jenis kacang kedelai yang dipanggang (disebut juga Fuku Mame). Kacang-kacang tersebut dilemparkan ke luar pintu atau kepada anggota keluarga yang mengenakan topeng Oni (setan atau raksasa), sambil menyanyikan lagu "Oni wa soto! Fuku wa uchi!" (鬼 は 外! 福 は 内!) yang artinya kira-kira seperti "Setan keluarlah! Keberuntungan masuklah!"
Tapi kenapa kacang ya? Karena orang-orang Jepang jaman dulu percaya kalau kacang-kacangan dapat membawa keberuntungan dengan memakannya minimal satu kali dalam setahun.
Yamayaki - Acara Bakar Rumput
Pada setiap akhir bulan Januari, rumput-rumput mati yang berada di perbukitan Wakakusayama, Nara, akan dibakar setelah acara pementasan kembang api yang spektakuler. Tradisi ini disebut Yamayaki.
Tidak jelas cerita di balik tradisi kuno ini. Ada yang bilang tujuannya untuk menyelesaikan perselisihan tanah antara kuil Todaiji dengan Kasuga. Ada juga yang bilang bahwa tradisi ini untuk menghalau para monster yang tinggal di perbukitan
Hesokuri: Tabungan Rahasia Para Istri
Krisis ekonomi memang membuat semua orang melakukan penghematan.
Tak terkecuali para ibu rumah tangga di Jepang yang "tabungan rahasia" mereka berkurang sekitar 20 persen di tahun lalu untuk menutup biaya hidup setelah penghasilan keluarga menurun.
Dalam keluarga Jepang, istri biasanya mengendalikan dompet rumah tangga. Kebanyakan suami Jepang kekurangan waktu atau tidak suka dengan perencanaan keuangan dan membayar tagihan ini, tagihan itu. Karena perencanaan anggaran belanja dianggap sebagai aspek penting dalam sebuah manajemen rumah tangga - inilah pekerjaan utama para wanita Jepang yang sudah menikah.
Kadang-kadang ibu rumah tangga menyisihkan sedikit uang sebagai "tabungan rahasia." Tujuannya untuk menutupi pengeluaran darurat yang tak terduga, untuk membeli hadiah bagi anggota keluarga, atau mungkin membelanjakannya tanpa sepengetahuan suami.
Tabungan rahasia ini disebut hesokuri.
Sudah menjadi tradisi bahwa para ibu rumah tangga-lah yang mengontrol keuangan keluarga di Jepang. Setiap bulannya mereka mengumpulkan gaji suami mereka dan menyerahkannya kembali dalam bentuk uang saku untuk menutupi biaya makan siang, minum kopi dan sake dengan teman.
Lalu sedikit uang disisihkan secara diam-diam dari rekening rumah tangga, dan biasanya tersembunyi di tempat dimana anggota keluarga yang lain tidak akan menemukannya. Bahkan kadang-kadang mereka sendiri lupa dimana mereka menaruh tabungan rahasia mereka - karena itu gak heran para mangaka sering menampilkan adegan "lupa" ini di komik mereka.
Meskipun hesokuri umumnya diasosiasikan dengan ibu rumah tangga, suami-pun bisa saja menyisihkan tabungan rahasia mereka juga. Banyak laki-laki menjaga rahasia tabungannya di laci meja yang terkunci di tempat kerja.
Kontes Nakizumo!
Nakizumo adalah sebuah kompetisi dimana para pesumo "memaksa" bayi-bayi untuk menangis sekencang mungkin. Yang juara tentu yang paling kencang tangisannya.
Orang Jepang percaya bahwa bayi yang bisa menangis dengan kencang, maka dia bisa tumbuh dengan sehat
Mati Pun Mahal
Di Jepang, mati pun mahal.
Seberapa mahal? Menurut Japan Consumer's Association, keluarga Jepang mengeluarkan biaya rata-rata 1,5 juta yen (atau sekitar 150 juta lebih) untuk setiap upacara pemakaman.
Ini gak heran karena Jepang secara umum adalah salah satu negara dengan biaya hidup termahal di dunia. Selain itu, orang Jepang tidak suka hitung-hitungan dengan yang sudah mati. Mereka tidak mau dianggap "kok sama ayah/ibu/anak sendiri, udah mati masih perhitungan sih?" gitu.
Perusahaan pemakaman tentu memanfaatkan keadaan ini. Mereka banyak menjual segala macam tetek benget yang gak penting dan menaikkan semua harganya sampe setinggi langit. Kalo perlu, sampe setinggi surga!
Kata orang Indo, kalo miskin jangan sakit, apalagi mati. Makanya gak ada kan orang Indo yang mati di Jepang?
Seijin Shiki / 成人式
Kemarin para remaja Jepang merayakan hari "menjelang kedewasaan" atau yang dikenal dengan Seijin shiki / 成人式, upacara menjelang dewasa.
Perayaan ini diadakan setiap satu tahun sekali, tepat pada minggu kedua hari Senin bulan Januari untuk merayakan para remaja yang sudah berusia 20 tahun.
Natal Di Jepang
Kamu tau gak kalo hari natal di Jepang tidak dijadikan hari libur?
Yup. Tanggal 25 Desember, orang-orang Jepang tetap bekerja seperti hari biasa. Pabrik-pabrik tetap berproduksi, toko-toko tetap buka dan para murid tetap bersekolah. Ini mungkin karena orang-orang yang beragama kristiani hanya 1%-2% dari total populasi Jepang.
Tapi bukan berarti mereka tidak merayakan hari natal lho. Mereka tetap mempercantik mall-mall dengan pernak-pernik natal, mereka bahkan mendekorasi pohon natal di rumah dan mengadakan pesta bersama teman maupun keluarga. Terutama berkencan dengan kekasih tercinta!
Sedikit berbeda dengan budaya barat, kue stroberi adalah kue tradisional Jepang yang harus disediakan untuk merayakan hari natal. Makanya gak heran kalo toko kue akan kebanjiran pembeli di bulan desember.
Kimono Jepang
Yang ngaku suka dengan Jepang pasti tau yang namanya kimono.
Kimono adalah pakaian tradisional negara Jepang untuk pria dan wanita yang sudah ada sejak jaman dahulu kala. Baru pada jaman Edo, kimono mengalami perubahan yang sampai sekarang masih dipertahankan, yaitu lengan kimono yang sedikit lebih panjang bagi wanita yang belum menikah dan obi (sabuk lebar untuk mengencangkan kimono) yang semakin besar.
Kimono berasal dari kata Ki yang berarti mengenakan, dan Mono yang berarti pakaian. Jadi arti kimono adalah mengenakan pakaian. Gampang juga ya?
Tapi kalo soal harga dan cara bikinnya, kimono gak ada gampangnya. Kimono yang berbahan dasar sutra bisa dihargai Rp 50 juta keatas, bahkan ada yang sampai Rp 300 juta untuk satu set lengkap bersama obi, geta (sendal khusus kimono) dan aksesoris lainnya. Cara memakainya pun tidak sembarangan dan ada namanya sendiri, yaitu Kitsuke.
Makanya jangan heran kalo orang-orang Jepang sendiri gak sanggup beli kimono sutra. Biasanya para orangtua-lah yang mewariskan kimono sutranya. Hanya para pejabat, artis, pesumo tingkat satu dan keluarga kerajaan yang sanggup gonta-ganti kimono sutra.
Lalu bagaimana bisa banyak orang Jepang pake kimono?
Untuk pesta pernikahan, mereka memang sewa kimono sutra perhari, tapi untuk pesta-pesta nonformal seperti festival kembang api dan pesta tahun baru, mereka membeli dan memakai yukata.
Singkatnya, yukata adalah kimono yang bersifat kasual, lebih santai dan lebih sederhana. Yukata mengandung arti pakaian mandi, karena pada awalnya yukata hanya dipakai pada waktu sebelum dan sesudah mandi.
Tapi sekarang pemakaian yukata tidak terbatas. Kapan saja boleh dipakai. Di musim panas akan lebih banyak lagi orang yang memakai yukata karena mereka merasa sejuk.
Banyak orang tidak tahu kalau kimono itu banyak jenisnya, sesuai dengan tingkat formalitas dan status pemakainya.
Uchikake (打掛) adalah kimono formal yang berwarna berwarna putih atau merah terang yang dipakai oleh sang pengantin di hari pernikahannya.
Kurotomesode (黒留袖) adalah kimono formal berwarna hitam yang dipakai oleh para orangtua di hari pernikahan anaknya.
Furisode (振袖) adalah kimono yang dipakai oleh wanita yang belum menikah di acara-acara formal dan Seijin shiki (成人式), upacara tradisional untuk merayakan sang remaja perempuan yang beranjak dewasa.
Irotomesode (色留袖) adalah kimono semiformal yang dipakai oleh wanita yang telah menikah untuk menghadiri upacara pernikahan keluarganya.
Homongi (訪問着), Tsukesage (付け下げ) dan Edo Komon (江戸小紋) adalah kimono-kimono semiformal yang boleh dipakai oleh wanita yang telah menikah maupun yang belum menikah untuk menghadiri acara-acara formal dan semiformal.
Maiko Hikizuri (舞妓の引きずり) atau Susohiki (すそ引き) adalah kimono-kimono yang dipakai khusus oleh para geisha dan maiko.
Iromuji (色無地) adalah kimono yang dipakai untuk upacara minum teh.
Dan yang terakhir adalah Yukata (浴衣).
Umumnya yukata berbahan dasar katun dan dibikin dengan mesin pabrik, lain dengan kimono sutra yang dijahit sepenuhnya oleh tangan-tangan ahli. Karena itu harga yukata pun jauh berbeda dengan kimono sutra dan terjangkau oleh semua orang.
Sekarang ini kimono memang telah banyak dimodifikasi untuk mengikuti perkembangan mode dan minat kawula muda yang suka dengan kebebasan (harajuku), manga dan anime modern (cosplay). Walaupun begitu, kimono tradisional tetap menjadi primadona.
SUMBER :http://www.jepang.net/search/label/Budaya%20Jepang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar